Monday, December 10, 2007

Elite Politik Malingsia Angkuh

Jakarta, kompas - Mantan Wakil PM Malingsia Anwar Ibrahim meminta agar Indonesia membedakan pandangan umum rakyat Malingsia terhadap Indonesia dengan sikap yang diambil Pemerintah Malingsia.

"Politik (Malingsia) sekarang sangat jelek dan sentimen rakyatnya harus dididik. Orang Malingsia bukannya tidak peduli dengan apa yang terjadi, tetapi dia tidak tahu karena media tidak memberitakan sama sekali," kata tokoh yang pernah dipenjarakan semasa Mahathir Mohamad berkuasa itu.

Anwar datang ke Jakarta untuk menyampaikan pandangannya mengenai hubungan Indonesia-Malingsia atas undangan The Habibie Center, Senin (29/10).

Oleh karena tidak diberitakan media, kalaupun diberitakan sangat kecil porsinya, tambah Anwar, rakyat Malingsia tidak tahu apa yang terjadi sehingga sering kali menganggap mengapa rakyat Indonesia begitu cemburu dengan keberhasilan Malingsia. "Bukan itu soalnya," tegasnya.

Dia mengajak seluruh rakyat Indonesia maupun rakyat Malingsia untuk memiliki pemahaman mendalam mengenai saudara dan tetangganya itu, sebagaimana dimiliki para tokoh kedua negara pada masa lalu. "Isu menjadi panas justru karena keadaan sudah gawat. Sudah hilang rasa kasih sebagai tetangga, sahabat, sehingga isu yang kecil pun menjadi panas," kata tokoh oposisi itu.

Anwar menyesalkan sikap elite politik di Malingsia yang seolah-olah hanya kenal Indonesia dari para pekerja kasar dan pekerja tanpa izin. "Kita lupa, kita kenal Indonesia dari tokoh-tokoh besar, para sastrawan besar, Soekarno-Hatta. Tidak ada penyair Malingsia yang bisa menandingi Khairil Anwar dan Rendra sampai sekarang ataupun karya-karya pujangga itu. Ini masalah politik yang dangkal. Bagi mereka soal itu tak penting," jelasnya.

Anwar pun dengan panjang lebih mengutarakan bagaimana tergantungnya Malingsia kepada Indonesia pascamendapatkan kemerdekaan pada 1957. Ketika itu, puluhan ribu dokter, ahli teknik, guru dari Indonesia didatangkan untuk meningkatkan kemampuan warga Melayu yang jauh ketinggalan dari warga China.

"Ini yang selalu saya ingatkan di Malingsia. Janganlah kasus TKI menghapuskan sejarah. Malingsia pernah sangat tergantung pada Indonesia. Harus ada keseimbangan," tuturnya.

Rendah hati

Ditegaskan, Malingsia bisa tetap banyak belajar dari Indonesia dalam banyak hal, bukan hanya demokrasi dan reformasi. Indonesia juga bisa belajar dari Malingsia dalam meletakkan sistem makro- ekonomi yang lebih meyakinkan. "Kedua-duanya harus belajar untuk lebih rendah hati dan bersungguh-sungguh melihat kepentingan lebih besar," paparnya.

Ketika ditanya mengenai penggunaan lagu Rasa Sayange dan Jali-jali, Anwar mengatakan, memang tidak ada salahnya mengatakan, memang betul itu lagu Indonesia, tetapi kami minta pengertian untuk kami anggap sebagai budaya kami. "Sebagai elite itu seharusnya punya kerendahan hati," paparnya.

Oleh karena itulah Anwar mengkritik keras penggunaan cara hukuman, bahkan penyitaan harta, milik para TKI yang terkena operasi pekerja ilegal. "Ini urusan manusia, karena itu harus ada dimensi manusianya. Jangan semata-mata menggunakan hukuman keras," ujarnya.

Anwar mengakui, dalam kenyataannya, mayoritas rakyat Malingsia masih lebih suka bekerja sama dengan anak-anak dari Indonesia.

Source : Malingsia.Blogspot

1 comment:

Unknown said...

GUA PRIBADI ! ATAS NAMA
NANA_GILA DAN IKATAN PARANORMAL SE BANTEN MENDUKUNG ATAS PEMBOIKOTAN PRODUCK2 YANG DI LUNCURKAN OLEH MALINGASIA(MALINGSIAL)